BIMBINGAN DAN
KONSELING ANAK USIA DINI
LAPORAN OBSERVASI
PERMASALAHAN ANAK DENGAN PERILAKU PEMALU
DI
SUSUN OLEH:
VANESSA IVEN HERLINDA
NIM. 1205125011
REGULER PAUD A PAGI
DOSEN PEMBINA : RAHMAN, S.Pd, M.Pd
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Layanan
bimbingan dan konseling di TK bertujuan untuk membantu anak TK mencapai
tugas-tugas perkembangannya sebagai anak. Layanan bimbingan konseling di TK
menfasilitasi perkem-bangan dan pertumbuhan anak. Anak TK adalah pribadi yang
mempunyai berbagai macam potensi. Terganggu
atau terhambatnya pengembangan potensi anak akan mengakibatkan timbulnya
masalah pada anak.
Dalam
usaha melayani anak TK menghadapi tugas-tugas perkembangan, layanan BK berupaya
melakukan berbagai kegiatan pencegahan terhadap sesuatu yang akan menghambat
dan merintangi anak dalam mencapai tugas-tugas perkembangan-nya. Begitu juga
dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak TK, layanan BK berupaya
mengembangkan semua potensi anak TK secara keseluruhan. Oleh karena itu
bimbingan di TK lebih difokuskan pada upaya pencegahan dan pengembangan,
sehingga fungsi layanan BK di TK lebih ditekankan pada fungsi Pencegahan dan
fungsi pengembangan, tanpa mengabaikan fungsi bimbingan yang lain.
Menurut
Bloom (Berk, 2005) kadang-kadang anak berusia sekitar 1 dan 2 tahun, sudah
dapat mengucapkan kalimat yang merupakan kombinasi dari dua kata, saat anak
berusia 6 tahun maka penguasaan kosa katanya sudah amat meningkat yaitu dalam
kisaran 10.000 kata. Anak sudah dapat berbicara dengan menggunakan kalimat yang
lebih terelaborasi dan memiliki keterampilan melakukan komunikasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
ciri-ciri anak yang pemalu ?
2. Apa
saja penanganan yang baik untuk anak yang pemalu menjadi semakin lebih berani
tampil dihadapan orang dan juga percaya diri ?
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
PENGERTIAN
ANAK PEMALU
Anak yang pemalu adalah anak yang bereaksi
secara negatif terhadap stimulus baruserta menarik diri terhadap stimulus
tersebut (Berk, 2000). Menurut Kagan (dalam Berk,2000), pada anak yang pemalu,
stimulus baru secara cepat membangkitkan amygdala (struktur otak dalam atau
inner brain structure yang mengontrol reaksi menghindar) dan hubungannya dengan
cerebral cortex dan sistem syaraf simpatis, yang memnuat tubuh bersiap-siap
untuk menghadapi ancaman.
B.
KARAKTERISTIK
ANAK PEMALU
Anak pemalu sring
menghindari orang lain dan biasanya mudah merasa takut, curiga, hati-hati, dan
ragu-ragu untuk melakukan sesuatu. Mereka umumnya menarik diri dalam
berhubungan dengan orang lain. Dalam situasi sosial, mereka biasanya tidak
mengambil inisiatif, sering diam, berbicara dengan suara pelan, dan menghindari
kontak mata. Anak usia prasekolah dan usia sekolah yang pemalu mempunyai
kesulitan besar untuk beradaptasi dengan orang lain.
C.
FAKTOR
PENYEBAB SEORANG ANAK MENJADI PEMALU
Pemalu merupakan sebuah sikap yang
timbul dari dlam diri siswa berupa kurangnya rasa percaya diri. Pemalu sangat
identik dengan sikap yang menghindari sesuatu. Dalam hal ini ada beberapa
factor penyebab sesorang menjadi pemalu antara lain.
1.
Orang tua terlalu
memanjakan anak anak.
Terkadang mungkin kita akan menghadapi orang tua
yang kurang memahami pentingnya belajar
di kelas tanpa ditemani orang tua. Orang tua tersebut biasanya berusaha mencurahkan kasih sayang kepada
anaknya, dan tidak mau anaknya bersedih saat
ditinggalkan di dalam kelas. Hal
tersebut sangat tidak disarankan di
dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
sikap orang tua yang sangat memanjakan anaknya ini membuat anak menjadi kurang
mandiri.
Bila
menghadapi anak yang memang pemalu, biasanya
penangannya lebih lama, karena hal ini lebih bersifat membangun karakter anak, namun bila hal ini disebabkan
kesalahan persepsi anak tentang suasana
kelas yang sebenarnya, yang perlu
kita tekankan adalah lebih pada
pengubahan persepsi anak. Walaupun demikian, cara penangannya hampir sama, namun jangka waktu
“penyembuhannya” tentu akan lebih
lama dan lebih intens anak yang berkarakter
pemalu.
2.
Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak
langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan
kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang
mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat
menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi
seorang pemalu.
3.
Masa Kanak-kanak Kurang
Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal
yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering
berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah
sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu
mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka
menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak
dikenal.
4.
Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak
hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang
sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan
masyarakat.
5.
Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena
anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu
berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan
dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya
tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di
keramaian.
6.
Pandangan Orang Lain
Banyak anak yang menjadi pemalu karena
pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin
orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman
juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.
Karakter pemalu adalah bawaan lahir yang
melekat pada seorang anak dan bisa jelas terlihat sejak seorang masih bayi atau
balita. Sedangkan minder atau rendah diri muncul karena bentukan sosial. Pada
hal tertentu, dan terjadi pada waktu tertentu saja. Sebagai contoh, bila
seorang remaja merasa malu bergaul dengan teman sebayanya karena tubuhnya yang
gemuk atau berjerawat, ia dikatakan tengah minder dengan kondisi tubuhnya.
Tetapi belum berarti ia termasuk kategori pemalu. Apalagi bila dalam konteks
berhubungan sosial di dalam situasi dan kondisi lain, ia tidak punya masalah.
Sementara seorang bayi atau balita yang
pemalu saat diajak bersosialisasi tentu bukan minder melainkan memang
berkarakter pemalu. ”diusia bayi atau balita, malunya itu bukan minder.
-
Faktor genetik dan
lingkungan
Hampir semua orang
memahami, faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting dalam
membentuk kepribadian seseorang. Hanya saja, banyak orang tak faham, bahwa
sifat pemalu merupakan bawaan lahir, sehingga anak yang dilahirkan dari
bapak-ibu yang pemalu, biasanya akan menjadi anak pemalu juga.
Ada seorang anak yang
salah satu karakter ibu kandungnya adalah pemalu. Ternyata sianak berkembang
dengan karakter yang lebih mirip dengan karakter ibu angkatnya.
Namun saat memasuki
usia dewasa, muncul juga karakter ibu kandungnya. Sang anak muncul juga sifat
pemalunya, sehingga ia seringkali menemui kegamangan, kecanggungan, ketidaknyamanan
saat harus berhadapan dengan situasi sosial yang baru atau asing. Ini berarti,
meski dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan ternyata faktor genetik pun
tidak bisa dihilangkan..
Sifat pemalu akan
bertambah bila anak jarang diajak bersosialisasi oleh orang tuanya. Sebaliknya
karakter ini pun bisa dilunakkan oleh lingkungan mesti tak akan hilang
seluruhnya. Bahkan beberapa nama terkenal seperti aktor Tom Hanks dan tokoh
Abraham Lincoln saja, terungkap dalam shy celebrities-nya Gilbert, bisa berubah
menjadi orang-orang yang mampu tampil didepan publik dengan penuh kepercayaan
diri, meski pada awalnya mereka adalah anak-anak yang pemalu.
-
10 upaya orang tua
mengingat sifat pemalu yang diabaikan
dapat tumbuh berlebihan dan menghambat pergaulan anak, maka orang tua perlu
berupaya serius, tekun dan tuntas untuk mengatasinya.
1. identifikasi
penyebab malu anak.
Perhatikan di mana anak sering malu dan
menarik diri; di sekolah? Pesta orang tua? Di sekitar rumah? Atau hampir di
setiap kesempatan di luar rumah? Sering kali yang menjadi penyebab adalah
karena anak kesulitan komunikasi dengan lingkunganya. Apa yang harus
dibicarakan dengan teman-temannya? Umumnya, anak memerlukan bimbingan interaksi
sosial, khususnya tentang percakapan umum dengan lingkunganya.
2. berikan
role model perilaku sosial percaya diri.
Berilah contoh, seperti memulai ucapan
salam dan menjabat tangan saat bertemu dengan tetangga atau orang tua dari
teman anak. Bila anak belum kenal pada mereka, jangan lupa mengenalkannya.
Jangan pernah menghina atau meremehkan orang lain didepan anak atau berlalu
dihadapan orang tanpa mengucapkan kata permisi...
3. ajarkan
tehnik sosialisasi
undanglah anak salah seorang teman
bermain dirumah. Lalu tunjukkan perilaku orang tua sendiri bagaimana caranya
memperlakukan teman atau tamu ini dengan baik.
4. ajarkan
anak berani mengambil resiko
anak pemalu ummnya adalah sangat
pencemas, takut salah, takut ditertawakan, takut menyinggung orang lain dan
lain-lain. Ajarkanlah untuk tidak terlalu mencemaskan hal-hal itu tidak
merugikan dirinya dan orang lain.
5. dorong
perubahan secara bertahap.
Tentu saja tak mungkin berharap perilaku
anak pemalu dapat berubah dalam waktu singkat. Ingatkan saja anak pada prinsip.
Kalau kamu ragu-ragu lakukan secara perlahan.
6. bantulah
anak mengidentifikasi bakat atau hobi yang membuatnya merasa berharga.
Biasanya anak pemalu cepat mengambil
kesimpulan yang kadang digeneralisir. Misalnya setelah mencoba bulutangkis dan
dia tidak suka anak bisa mengambil kesimpulan saya tidak suka olahraga. Maka
bersabarlah dalam menggali bakat dan hobinya.
7. bantulah
anak menata emosi
beri rasa nyaman bagi perasaan anak,
sebab umumnya anak pemalu sangant sensitif dan cepat putus asa.
8. ajarkan
toleransi dan menghargai orang lain.
Beri pengertian bahwa setiap orang belum
tentu melakukan hal-hal yang benar. Hal ini bisa dimulai orang tua dengan
mentolerir kesalahan kecil anak dan tetap memberikan penghargaa terhadap
dirinya.
9. hindari
labelisasi pemalu
memberikan cap anak pemalu sama sekali
tidak baik, anak justru semakin menyesuaikan perilakunya dengan label yang
diberikan.
10. mencari
bantuan tenaga ahli bila diperlukan.
Bila berbagai upaya sudah dilakukan,
namun belum ada perubahan kearah yang positif, maka cobalah mencari bantuan
ahlinya.
D.
PENANGAN
BAGI ANAK BERPERILAKU PEMALU
Ada
beberapa penanganan bagi anak yang berperilaku sebagai berikut:
1.
Memberi Pujian yang
dapat memotivasi anak
Dengan kita memberi pujian kepada anak
yang pemalu ini, ia akan lebih bisa untuk mengekspresikan dirinya.
2.
Memberikan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan
Jika kita sedang bertanya sesuatu,
usahakan untuk mendengarkan dan menanggapi anak dengan benar. Ini juga untuk
melatih kemampuan bahasanya agar lebih baik.
3.
Materi
Pelajaran Menarik dan Mengasah
Kemampuan Sosial
Materi pelajaran yang menarik, akan
membuat anak menjadi betah berada di dalam kelas. Sebelum mereka
sampai ke sekolah, mungkin bayangan mereka adalah mereka akan berada di tempat
yang serius dan diajar oleh guru yang
“galak”. Bila kita mengajarkan mereka materi
yang menarik dan menyenangkan,
segala pemiikiran negatif mereka
tentang suasana kelas bisa kita ubah
menjadi segala sesuatu yang positif dan fun.
4.
Nasihat tentang
kemandirian
Nasihat
ini tidak perlu kita tujukan kepada seoarang anak, misalnya hanya kepada
anak yang pemalu. Nasihat ini kita tujukan pada semua anak yang
berada di dalam kelas, agar anak-anak yang pemalu tidak merasa dihakimi. Nasihat bisa
berupa puisi, dongeng dll. Atau bisa juga dengan mengatakan sesuatu di
dalam kelas yang bersifat
menasihati anak akan pentingnya bersikap mandiri.
5.
Mendukung kepercayaan
diri dan sikap yang wajar
Anak
sebaiknya didukung dan dipuji untuk kepercayaan dirinya dan tindakannya yang
wajar. Ajari anak untuk jadi dirinya sendiri dan mengekspresikan pendapatnya
secara terbuka.
6.
Menyediakan agen
sosialisasi untuk anak
Memasangkan
satu atau dua orang teman yang memungkinkan untuk menjadi teman bernmain bagi
anak yang pemalu. Selanjutnya, perkenalkan anak untuk bermain dalam kelompok
yang lebih besar.
7.
Membuat kegiatatan yang
merangsang anak untuk berinteraksi
Anak
yang kurang komunikatif dapat didorong untuk berkomunikasi melalui gambar
karena pada umumnya anak lebih senang mendiskusikan gambar. Selain itu
rancanglah kegiatan-kegiatan lain yang membuat anak harus menolong dan
berkomunikasi satu sama lain, misalnya, menggambar bersama dalam satu kertas
atau bermain pesan berantai.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS
Identitas Anak
Nama : Aqila
Tempat,
Tanggal Lahir : 16 Juni 2009
Anak
ke : 1 dari 2 bersaudara
Sekolah :
TK Nurul ‘ilmi
Jenis
kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Alamat : Jl. Ahmad Dahlan
Gg. Mangga
Aqila
berumur 4 tahun, ia mempunyai perilaku pemalu. Tidak berani berbicara kepada
orang lain, tetapi perilakunya tersebut hanya berlaku kepada orang yang baru
ditemuinya. Aqila mempunyai kelebihan yaitu menggambar, tetapi ia lebih senang
jika menggambar sendiri. Terutama pada saat ditinggal orang tuanya yang sedang
bekerja.
B.
SINTESIS
Aqila
adalah seorang anak yang pemalu. Ketika awal saya bertemu dengannya, ia tidak
berani mendekati saya apalagi berbicara dengan saya. Anak yang pemalu ini
mempunyai perasaan yang suka gelisah atau juga takut terhadap tatapan orang
yang baru dikenalnya. Ketika saya mendekat ia menjauh lalu mendekat kepada sang
Ibu atau orang terdekat yang telah dikenalnya. Ketika saya atau orang yang baru
dikenalnya sering bertemu, ia akan berani mendekat dan mau untuk diajak
berbicara dan juga bermain. Tetapi setelah saya tidak bertemu lagi dengannya
setelah waktu yang agak lama atau sekitar satu minggu, aqila mengulangi rasa
malunya kembali, sehingga membutuhkan waktu yang lama lagi untuk bisa berbicara
dan bermain lagi dengannya.
Rasa
malu seperti ini tidak hanya terhadap aqila saja, tetapi banyak juga anak yang
mengalami hal yang seperti ini. Hal seperti ini biasanya karena orang tua yang
kurang mengajak anaknya untuk bersosialisasi terhadap teman sebaya atau
keluarganya. Aqila mempunyai rasa malu ini seperti tidak berani berbicara
kepada orang yang baru dikenal, ia bersembunyi dibalik orang tuanya, ia hanya
berani berbicara kepada orang yang sudah sering bertemu dengannya, tidak berani
tampil didepan kelas ketika guru menyuruhnya untuk tampil bernyanyi atau
sebagainya. Aqila lebih senang jika ada orang tua yang menemaninya, ini juga
salah satu faktor anak menjadi pemalu yaitu manja.
C.
DIAGNOSIS
Pemalu adalah perasaan gelisah dari
seseorang terhadap apa yang ia rasa kurang menyenangkan atau merupakan sesuatu
yang aneh. Setelah saya observasi kepada orang tua aqila dan juga orang dekat
dengannya, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab anak ini mempunyai perasaan
yang pemalu yaitu:
1. Dimanjakan
orang tua, hal ini dikarenakan pada awalnya anak ini belum mempunyai adik
sehingga segala kebutuhannya harus ditangani oleh orang tua atau bergantung
pada orang tua
2. Kurang
bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang disekitar. Bersosialisasi adalah
hal yang sangat penting untuk mengembangkan keberanian anak untuk tampil
didepan orang-orang yang belum dikenal.
3. Kemampuan
bahasa yang kurang baik. Biasanya karena orang tua atau orang yang disekitarnya
kurang untuk mengajaknya berbicara, sehingga anak susah untuk mengungkapkan
sesuatu.
Setelah di analisa, aqila mempunyai
tingkah laku atau rasa malu ini sejak ia belum mempunyai adik. Karena pada saat
itu aqila masih dimanjakan oleh orang tuanya, jarang untuk diajak berinteraksi
dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya. Ketika orang tua aqila sedang pergi
bekerja, aqila selalu dititipkan dengan neneknya. Jika orang tuanya sudah
pulang kerja, ia langsung pergi pulang kerumah bersama ibunya.
Anak yang pemalu cenderung lebih suka
berdiam diri dibandingkan anak yang tidak pemalu. Karena ia pendiam tidak ingin
berbicara kepada orang lain atau juga ia mempunyai rasa yang penakut terhadap
orang yang dilihatnya. Menurut saya, anak yang pemalu cenderung pendiam karena
daripada ia berbicara yang akan ditertawakan orang dan dapat mempermalukan dia,
sehingga anak yang pemalu tidak berani untuk berbicara, dan juga karena
faktor-faktor seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Sebenarnya aqila mempunyai kelebihan
seperti teman-teman lainnya, Aqila suka menggambar, pada saat Aqila punya adik,
jiwa kepemimpinannya mulai muncul, Aqila sudah merasa bahwa ia adalah seorang
kakak yang mempunyai adik yang perlu diperhatikan, walaupun Aqila juga
terkadang iri terhadap adiknya yang lebih diperhatikan.
D.
PROGNOSIS
Setelah saya lebih memahami perilaku
Aqila yang pemalu itu, Saya mencoba untuk memberi beberapa cara penanganan yang
tepat untuk anak yang berperilaku pemalu, sebagai berikut:
1. Memberi
Senyuman yang baik pada saat awal bertemu, jangan membuat anak yang berperilaku
pemalu tersebut merasa takut.
2. Mulai
mendekat secara perlahan-lahan dan mengajak bicara, ketika anak itu sudah mau
untuk diajak biacara, dengarkan dan tidak memotong pembicaraan anak.
Setelah saya coba, ternyata cara diatas
merupakan cara atau tahapan awal yang sangat baik untuk Aqila. Beberapa hari
kemudian saya mulai mencoba tahap yang lebih mengajak Aqila untuk lebih berani
berbicara dan tidak malu, sebagai berikut:
1. Mengajak
anak untuk bercerita, bercerita keseharian anak dan juga pengalaman aqila.
2. Mengajak
bermain, pada tahap ini saya mencoba bermain berdua saja, setelah ia merasa
senang saya mencoba untuk menambah teman yang sebaya dengan Aqila untuk
bermain. Awalnya Aqila malu tetapi setelah beberapa saat aqila mulai bisa
bergaul.
Pada usia Aqila atau anak-anak pada usia
dini sangat baik untuk mengeksplorasi bakatnya melalui bermain, terutama pada
sosialisasi anak yang kurang mudah bergaul seperti anak yang pemalu ini. Jika
sedang bermain bersama-sama teman sebaya anak akan lebih dapat beradaptasi
dengan lingkungannya. Walaupun anak yang berperilaku pemalu ini tidak terlalu
cepat beradaptasi dibandingkan teman yang lainnya, tetapi hal seperti ini dapat
membangkitkan semangat anak supaya lebih berani berhadapan dengan orang lain.
Setelah saya melakukan hal tersebut,
saya memberikan pujian kepada Aqila karena ia sudah mulai berani untuk bertemu
teman baru atau juga orang lain. Saya menanyakan kembali siapa teman yang
dikenalnya pada saat bermain itu, dan mencoba mengaajak Aqila untuk
menceritakan pengalaman yang Aqila mainkan pada saat itu.
E.
TREATMENT
Ada beberapa penanganan
saya untuk Aqila Anak yang berperilaku pemalu sebagai berikut:
1. Mengajarkan
anak dan melatih untuk tidak malu berkenalan dengan teman yang baru.
2. Menasehati
anak dengan baik jika ia merasa minder dengan teman-temannya.
3. Memuji
dan selalu memotivasi aqila
4. Memberi
keterbukaan antara saya (sebagai pemberi penangan), anak ,dan orang tua.
Tujuannya supaya orang tua selalu mengamati setiap kegiatan anaknya selama saya
sedang observasi berlangsung, ketika saya tidak bersama aqila, disanalah tugas
orang tua yang lebih penting untuk memberi penangan kepada anak. Karena anak
yang pemalu akan lebih patuh kepada orang tua.
5. Membuat
permainan yang asyik. Hal yang satu ini sangat penting karena menurut saya anak
akan lebih percaya diri jika diajak bermain.
Selama
observasi saya ini, dalam 4x pertemuan dalam 1 bulan itu, belum tentu bisa anak
dikatakan dapat berubah perilakunya. Perilaku anak yang pemalu akan sangat
berpengaruh sekali jika faktor lingkungannya juga dapat mendukung anak tersebut
untuk lebih berani dan juga percaya diri. Karena setelah saya observasi ini,
hanya sekitar 40% saja anak itu meningkat keberenaniannya untuk berhadapan
dengan orang. Untuk itu seperti pada teorinya peran orang tua dan juga faktor
lingkunganlah yang akan dapat membentuk kepribadian anak.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Anak
pemalu adalah anak yang bereaksi secara negatif terhadap stimulus baru serta
menarik diri terhadap stimulus tersebut. Anak yang berperilaku pemalu dapat di
kembangkan rasa percaya dirinya dengan cara bersosialisasi dengan teman sebaya,
bercerita, dan juga bermain. Anak yang memiliki perilaku pemalu juga ada
beberapa kelebihan seperti teman-teman lainnya, hanya anak yang memiliki
perilaku tersebut lebih cenderung untuk mengeskpresikan dirinya dengan
diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
Penanganan
yang tepat untuk anak dapat merangsang anak untuk lebih terbuka, dan percaya
diri, mampu untuk tampil didepan kelas dan juga orang lain.
B.
SARAN
Berikan
penanganan yang tepat pada anak, selalu beri perhatian pada anak, memberikan
pujian, dan juga bantu anak untuk lebih bersosialisasi pada lingkungannya.
Biarkan anak untuk lebih mengeskplorasi pengetehuannya sendiri, dan jika butuh
bantuan.
DAFTAR
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar