BIMBINGAN
DAN KONSELING DI PAUD
Tugas
Observasi
Rahman,
S.Pd., M.Pd
Disusun
Oleh
Saidah
1205125024
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS
MULAWARMAN SAMARINDA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
anak biasanya mengucapkan kata-kata yang mereka dapatkan dari lingkungan mereka
bukan tidak mungkin kata-kata yang biasa didengar oleh anak akan membentuk
pribadi anak sesuai dengan kata-kata yang mereka dengar. Seorang anak yang
memperoleh bahasa pertama berupa kata-kata kotor,
maka anak tersebut akan menirunya dan mengucapkannya hingga ia dewasa.
Selanjutnya, perilakunya akan terpengaruh pula. Lingkungan juga mempunyai
peranan penting terhadap perkembangan bahasa pertama anak. seorang anak yang
tumbuh di lingkungan dengan kondisi sosial buruk, akan memperoleh kata-kata
yang buruk untuk didengar. Kata-kata tersebut kemudian diulang-ulangnya, meskipun
dia tidak tahu apa artinya. Bahkan terkadang, ketika menangis pula kata tersebut mereka ucapkan tanpa sadar.
Berdasarkan
hal itu penulis tertarik untuk meneliti tentang anak yang yang berkata-kata
kotor , apa penyebabnya dan bagaimana membimbing agar anak tidak berkata kotor
lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
faktor penyebab utama anak berkata kotor ?
2. Bagaimana
upaya yang harus dilakukan kepada anak yang sering berkata kotor ?
3. Bagaimana
cara membimbing anak yang berkata kotor agar tidak berkata kotor lagi ?
C. Tujuan
Agar
mengetahui penyebab utama anak berkata kotor , upaya yang dilakukan kepada anak
yang sering berkata kotor dan cara membimbing anak yang berkata kotor agar
tidak berkata kotor lagi.
BAB
II
DASAR
TEORI
A. Definisi Bahasa Kotor
Banyak orangtua yang merasa sudah memerhatikan perkembangan
dan lingkungan si kecil dengan seksama, tapi tiba-tiba menemukan si kecil
melontarkan
kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan kita. Hal ini tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di rumah tak ada yang berlaku seperti itu. Orangtua pun akan khawatir jika si kecil akan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar si kecil tak terkontaminasi lebih parah.
kata-kata yang kasar dan jorok di hadapan kita. Hal ini tentu sangat mengejutkan karena Anda merasa di rumah tak ada yang berlaku seperti itu. Orangtua pun akan khawatir jika si kecil akan mendapat pengaruh buruk dari lingkungan yang lain dan mulai mencari solusi agar si kecil tak terkontaminasi lebih parah.
Perkataan jorok adalah perkataan yang tidak pantas bagi
norma yang berlaku. Selain karena faktor lingkungan dan model keluarga, juga
dapat disebabkan karena keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungannya. adapun jenis-jenis kata kotor itu yaitu sebagai berikut:
a.
Profanity (mempermainkan kata-kata
suci seperti Tuhan)
b. Cursing (menyumpahi orang seperti
brengsek, sialan dan kurang ajar)
c.
Obscenity (menggunakan kata yang
menggunakan konotasi seksual atau mencemooh seperti bodoh dan sinting)
B.
Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme yang perlu dianalisa hanyalah
perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori
kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organism sebagai
pengaruh lingkungan. Behavorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik
atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalikan oleh fakor-faktor lingkungan. Dalam artian
teori belajar merupakan teori yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Dari hal ini, timbulah konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
C. Tahap
Perkembangan Bahasa Anak
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan
bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasarkan pada
ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun tahap - tahap tersebut
sebagai berikut :
1)
Tahap Prelingual (usia 0 – 1 tahun)
Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa
ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti
aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai bahasa
sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan orang lain.
Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap situasi
tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan
proses mental pada usia 9-10 bulan.
2)
Tahap Lingual Dini (1 – 2,5 tahun)
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang
pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut
(ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar
diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j,
dan t. pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat
dibagi dalam tiga periode, yaitu:
a) Periode kalimat satu kata (
holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat, karena
hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti perkembangan bahasa
anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang diucapkan oleh anak itu mempunyai
arti lebih dari hanya sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi
dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang deawasa akan dinyatakan dalam
kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti : Ibu kesini! Ibu kemana? Ibu tolong
saya!, Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst.
b) Tahap kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari lingkungan dan juga
karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain pada anak, maka
terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri dari dua kata.
Pada
umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti
suatu tema dan mencoba untuk mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar
usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna
kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.
c) Kalimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat perkembangan
yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat
kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan membentuk kalimat bertambah,
terlihat dari panjangnay kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa tidak bersifat egosentris lagi,
melainkan anak sudah mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga
mulailah terjadi suatu hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang
dewasa.
3)
Tahap Diferensiasi (usia 2,5 – 5
tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak
dalam mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Secara garis besar cirri umum perkembangan bahasa pada periode ini adalah
sebagai berikut:
Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai
bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari orang dewasa
telah dikuasai. Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir. Mungkin
masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang majemuk dan sedikit kompleks.
Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai berkembang. Kata benda dan karta
kerja mulai lebih terdiferensiasi dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan
penggunaan kata depan, kata gati dank at kerja bantu. Fungsi bahasa untuk
komunikasi benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang
dunia luar mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan
kritik, bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain. Mulai terjadi
perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata jamak,
perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-lain.
4)
Tahap Perkembangan bahasa sesudah
usia 5 tahun
Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur
sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap.
Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode ini
perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus sampai usia 14
tahun, sedangkan peranan kognisi sanga t besar dalam penggunaan bahasa. Dengan
masih terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya perkembangan bahasa juga
masih berkembang.
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa sesudan
usia 5 tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff Smith
yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang menyatakan bahwa antara
usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak, yaitu
kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi.
Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang betul-betuk
penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan yang
tercermin pada penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara tepat.
Tetapi aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks baru dikuasai
secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7 tahun baru
dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan tatabahasa
mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam mengungkapkan sesuatu
serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai SMP keterampilan bicara lebih
meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur dan
variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat tulis maupun lisan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Nama : Ahmad Ramadahani
Tempat Tanggal Lahir : Tenggarong, 25 September 2008
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Islam
Sekolah : TK Ar-Raffah
Dani
anak yang lucu. Usianya baru 5 tahun orangnya putih tinggi dan hidungnya
mancung. Anaknya sangat menyenangkan dan menggemaskan. Anak pertama dari 2
bersaudara, Berbahasa atau berbicaranya kurang lancar tapi anak ini mudah
menirukan kata kata yang dia dengar dari teman temannya atau orang dewasa
lainnya sehingga sringkali dia berkata kasar dan kotor saat dia marah atau
kecewa maka kata kata seperti makian itu keluar dari mulutnya bahkan dia tidak
peduli siapa lawan bicaranya . kata-kata yang tidak baik di ucapkan anak ini
mengingat apa yang didengarnya dengan anak seusia 5 tahun yang tidak tau arti
yang mana kata yang baik dan apa arti dari kata itu dia hanya meniru apa yang
dia dengar.
Selain
itu, termasuk anak yang pemalu apabila bertemu dengan orang yang baru kenal,
susah beradaptasi dengan lingkungan baru apabila berada di lingkungan baru anak
ini banyak diam , kurang tertarik dengan
alat permainan dia lebih tertarik kepada
orang untuk bermain langsung bersama teman teman nya , dia ini sering
bermain dengan meniru gaya tokoh kartun seperti power rangers , satria
bajahitam , ultraman dll . karena anak ini sering menonton filem tersebut
akibat nya anak ini sering menirukan gaya gaya seperti tokoh kartun itu dari
tingkah lakunya tersebut berdampaklah kepada teman – temannya atau orang lain
bahkan sering temannya nangis karena aksi dia memukul temannya dengan menirukan
gaya pukulan tokoh kartun tersebut. dapatkan dari lingkungannya. anak ini juga
termasuk anak yang mandiri karena dengan kesibukan kedua orang tuanya dengan pekerjaanya
anak ini dibiasakan dengan apa apa sendiri seperti mandi , cuci setelah buang
air besar berbaju sendiri tapi anak ini tidak bertanggung jawab apabila setelah
bermain atau makan tidak bisa merapikankan nya kembali.
B. Sintesis Anak
Dari
analisis di atas saya dapat menyimpulkan bahwa anak tersebut adalah anak yang
pintar karena dia bisa menangkap dengan cepat apa yang didapatnya atau
didengarkannya tapi disini peran orang tua sangatlah penting untuk selalu
memantau perkembangan anaknya baik bahasa dan social emosionalnya karena anak
seusia ini butuh perhatian khusus agara tidak menyimpang apa . susah nya
beradaptasi dengan lingkungan yang baru bisa disebabkan karena bahasa atau cara
bicara anak ini tidak cukup jelas, pada saat pengucapan bahasa anak ini tidak
sepenuhnya bisa mengucapkan hanya suku kata depannya saja sehinggan ketidak percaya diri anak ini kurang
dan dia merasa takut kalau orang lain tidak memahami apa yang dia katakan.
C. Diagnosis
Melihat
dari analisis dan sintesis penyebab utama dari kenapa anak itu mudah
berkata-kata yang kotor , memaki dan berbicara keras dia sering bergaul atau
berteman yang tidak seusianya teman anak ini kebanyakan sudah mengenyam pendidikan
di bangku sekolah dasar sedangkan dia baru Taman Kanak-Kanak dan dia jarang
bergaul dilingkungan sekitar rumahnya . anak ini lebih sering bergaul dipasar hampir
setiap hari dari dia pulang sekolah sekitar jam 11 WITA– 06 WITA sore anak ini
selalu berada dipasar karena kedua orang tuanya berjualan tidak ada yang
menjaga dia kalau dia ditinggal dirumah. Saya pernah mengamati atau melihat
anak itu bermain dipasar . memang pada saat mereka bermain mereka sering
mengolok-nglokin temannya dan berkata kata kasar walaupun sambil bercanda. Anak
ini bertemu tiap hari dengan orang yang tidak dapat mengendalikan kata kotor
dan kasar sehingga sanggat mempengaruhi anak ini anak disana kurang perhatian dari orang tua
sehingga tidak ada yang menegurkan mereka. Dan mereka beranggapan bahwa apa
yang mereka katakana itu wajar.
D. Prognosis
Upaya
pertama yang saya lakukan yaitu memperkenalkan diri saya kepada anak dan
mengenal diri anak lebih jauh agar pada saat saya melakukan treatment saya
tidak mengalami kesulitan untuk mengubah anak agar tidak berkata kotor lagi.
Hal ini sangat perlu karena apabila kita sudah dekat kepada anak maka anak
mudah untuk mengikuti apa yang kita mau.
E. Treatment
Penanganan yang saya
lkukan selama sebulan terhadap anak yang suka berkata kotor/kasar , yaitu :
1. Ikut
bermain bersama anak
Beberapa
kali saya ikut bermain bersama anak di pasar. Ini saya lakukan agara anak
merasa dekat dengan saya . saat saya menemani anak itu apabila anak
mengeluarkan kata kasar saya selalu menegurnya “ dani , mulutnya” . sontak dani akan diam.
2. Selalu
menanyakan arti kata
Menanyakan
arti kata yang selalu dia ucapkan. Dari sinilah kita dapat memberikan
penjelasan kepada anak tentang kata kasar/kotor yang dia ucapkan. Contoh dani
mengucapkan kata babi saat. Saya bertanya “babi itu apa dani? Temannya itu apa
, babi atau manusia? Kalau manusia kenapa dikatakan babi? Dari pertanyaan
pertanyaan itulah dani memahami dan dia sadar bahwa kata babi itu tidak pantas
dikatakan kepada teman atau orang lain.
3. Mengubah
kata kasar
Treatmen
yang satu ini saya memetik dari sebuah blog, saya terapkan ke dani saya
berharap treatment yang satu ini bisa membantu saya mengubah kebiasaan dani
yang sering berkata kasar. Yaitu
membiasakan dani setiap akan
mengeluarkan kata-kata yang jelek, kita harus menahannya sampai di leher saja.
Lalu kita harus mengeluarkannya menjadi kata-kata yang bagus. Apabila dia ingin
memaki maka mengatakan bodoh atau memaki nnlainnya maka diganti kata “hore” dan
apabila mengeluarkan kata-kata binatang seperti babi atau anjing makan diganti
“kupu-kupu” yang akan kita keluarkan
kalau kita lagi kesal. Apabila melanggar akan mendapat sanksi yaitu akan di
teriaki dengan teriakan “Huuuu!” lalu disuruh melompat dengan dua kaki sebanyak
lima kali. Setelah satu bulan menerapkan aturan ini, tampak banyak perubahan
yang terjadi pada dani.
4. Memberikan
reward atau pujian
Pada
saat dani bisa mengubah kata-kata kasar menjadi kata-kata baik, saya selalu
memberikan pujian dengan mengatakan “anak pintar” sambil mengajukan 2 jempol
dan sesekali saya memberikan sesuatu
yaitu permen atau coklat. Karena anak
akan senang pada saat perubahan atau usaha mereka dihargai dengan memberikan
hadiah.
5. Bercerita
tentang akibat berkata kasar/kotor
Treatment
bercerita saya lakukan kepada dani saat 2 minggu setelah pendekatan berlangsung
saya membuat cerita tentang dampak anak berkata kasar/kotor. Cerita ini
menceritakan bahwa bekata kasar itu sangat merugikan diri sendiri yaitu : tidak
punya banyak teman , tidak disayang Allah dan Allah akan marah , lidahnya akan
dipotong dihari kiamat nanti. Saat bercerita dani sangat antusias
mendengarkannya , dan hari hari berikutnya apabila dani mengeluarkan kata-kata
kotor/ kasar saya selalu memberitahukan “dani mau tidak disayang Allah , dani
mau Allah marah sama dani”. Treatmen ini sangat membantu saya untuk mengubah
dani.
Dari
beberapa treatment di atas yang saya lakukan kepada anak selama sebulan ini
sudah sedikit mengalami perubahan kepada anak yang saya teliti sekitar 50% dia
tidak mengeluarkan kata-kata kasar/kotor lagi apabila dia marah kepada mama atau bapaknya
dia hanya berteriak tanpa mengeluarkan kata, biasanya anak ini mengeluarkan
kata “bodoh” , tapi masih kadang kadang anak ini keceplosan apabila dia marah
kepada teman temannya.
D. Komentar
Adakah alternatif lain yang menurut anda
dapat mengubah kata-kata kasar yang diucapkan anak, dimohon penjelasannya?
Jawab:
Mengubah sifat anak yang terbiasa
berucap kasar sangat lah sulit tidak seperti membalik telapak tangan karena
anak sudah terbiasa, alternative lainnya adalah juga membiasakan anak untuk
berkata baik, peran orang tualah disisni untuk memberikan contoh kepada anak.
Jika anda mendengar si kecil berkata kasar dan jorok, segera beritahu artinya
secara singkat dan jelas. Beritahukah juga akibatnya jika ia mengucapkan
kata-kata tersebut kepada orang lain. Jelaskan pada anak kata-kata apa saja
yang boleh diucapkannya ketika ia emosi. Karena usia anak TK umumnya senang
mempelajari kosakata baru. Pada usia ini, kemampuan bahasa dan menyerap
informasi sedang berkembang dengan pesat. Minat untuk mencoba-coba dan
mengeksplorasi hal-hal yang baru sangat tinggi, termasuk mencoba perilaku
negatif tanpa ia sadari. Maka kita harus selalu mengarahkan anak kepada hal-hal
yang positif.
2.
Elisa Juliana
apakah ada penyebab lain yang menyebabkan anak
berkata kotor selain dikarenakan oleh lingkungan dan teman-temannya ?
jawab :
Penyebab anak berkata kata kasar
itu banyak , dari lingkungan atau teman-temannya , bisa juga karena tanyangan
telivisi , dari tayangan televisi anak mendapatkan dan menirukan kosak kata dan
prilaku yang negative , bahkan sekarang acara tv yang dikhususkan untuk anak
pun menyajikan tayangan yag berkata tidak sesuai dengan anak . contohnya acara
kartun yang selalu melawan perkataan orang tuanya (maaf gak nyebutin judul)
coba kita perhatikan kosak kata yang dia keluarkan sangat kurang mendidik dan
tidak layak untuk ditonton anak-anak.
3. Syarifah Nabila Noor
orang tuanya seperti membiarkan dani berbahasa kotor
ya, bagaimana pola asuh orang tua dani sehingga dia bisa berbahasa kotor?
apakah orang tua nya pernah bertengkar di depan dani?
Jawab:
Pola asuh yang di terapkan kepada
anak ini yaitu pola asuh yang bersifat permisif , Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan
yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua anak ini cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anak apabila anak ini salah, dan sangat sedikit bimbingan
yang diberikan oleh mereka ini dikarenakan orang tuanya sangat sibuk akan pekerjaannya
sehingga tidak dapat mengontrol perkembangan bahasa anak dan perkembangan
lainnya. Anak ini berkumpul pada saat malam hari saja , saat pagi hari anak
sekolah sampai jam 11:00wita, sehabis pulang sekolah anak itu dibiarkan bermain
hingga sore sekitar jam 05:00, maka waktu bersama pun hanya malam hari. Waktu
dimalam hari itu sangat sedikit untuk memantau atau membimbing anak , sehingga
anak ini kurang nya perhatian dari orang tuanya.
Untuk penyebab apakah orang tua dani
pernah bertengkar dihadapan dani ? ini bisa kemungkinan terjadi karena pada
saat saya melakukan pengamatan sebulan ini saya tidak menemukan perkelahian
antara kedua orang tuanya, tapi pernah saya temui pada saat orang tuanya
memarahi dani ada terucap kata kasar yang dilontarkan orang tuanya kepada anak
ini. Nah mungkin ini salah satu factor juga yang mempengaruhi anak ini berkata
kotor.
4.
Vanessa Iven Herlinda
anak berbahasa kotor tersebut apakah bisa dikatakan
sebagai anak yang mempunyai tipe kepribadian choleric ? karena anak choleric
itu mempunyai ciri-ciri anak yang susah diatur dan juga keras kepala.
Jawab:
Menurut pendapat saya anak yang
berkata kasar itu tidak dapat disebut anak yang mempunyai kepribadian choleris
karena Seorang yang berkepribadian choleris itu tipe orang yang hidup dengan
aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya
dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan ambisi-ambisinya yang tak
pernah surut. malah mudah terpengaruh oleh lingkungannya bukan dia yang mempengaruhi.
Sedangkan anak
yang saya amati ini dia termasuk anak tipe Sanguini karena melihat dari
kepribadian anak tersebut:
* Suka bicara
* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
* Ceria dan penuh rasa ingin tahu)
* Senang berkumpul bersama teman temannya untuk bermain
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
* Menyukai hal-hal yang spontan
* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
* Susah untuk diam
* Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank)
* RKP (Rentang Konsentrasi Pendek)
* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)
* Mudah berubah-ubah
* Egoistis
* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
* Ceria dan penuh rasa ingin tahu)
* Senang berkumpul bersama teman temannya untuk bermain
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
* Menyukai hal-hal yang spontan
* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
* Susah untuk diam
* Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank)
* RKP (Rentang Konsentrasi Pendek)
* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)
* Mudah berubah-ubah
* Egoistis
5.
Nur Mayasari
Dengan anda telah memberi anak ini
beberapa treatment dan hasilnya pun mengalami perubahan yang sangat baik 50%,
bisa dikatakan anda berhasil mengubah kebiasaannya. Tetapi bagaimana jika anda
tidak membimbingnya lagi dan anak ini pun masih bergaul dengan teman-temanya
dipasar. Apakah kejadian seperti ini(berkata kasar) dapat terulang kembali?
Apakah anda harus terus membimbingnya sampai ia tumbuh dewasa dan mengerti
bahwa yang ia ucapkan itu memiliki arti yang buruk?
Jawab:
Untuk pertanyaan yang pertama
apakah akan terulang kembali anak berkata kasar pada saat tidak dibimbing lagi
? jawabanya pun iya, karena pada saat sebulan penuh saya membimbinganya agar
anak bisa tidak berkata kotor lagi saya hanya dapat merubah anak itu sekitar
50% saja tidak berubah total sehingga anak tidak berkata kotor lagi. 50%
berubah dan 50% belum berubah itu bisa menjadikan anak untuk kembali berkata
kata kotor karena dari 50% yang belum berubah itu lah bisa dibawanya kembali
lagi dalam kehidupannya, bahkan tidak dipungkiri dari perubahannya itu bisa
saja akan dia lakukan kembali setelah kita tidak membimbingnya. Dan apakah saya
harus membimbingnya lagi? Pada saat saya selesai membimbing anak itu saya
memberikan penjelasan kepada orang tuanya harus terus memantau perkembangan
bahasa anak ini dan hendaknya bisa memanage waktu untuk anak. Kapan ia bermain?
Kapan ia istirahat? Dll. Orang tua yang bertemu setiap hari dengan anak dan
akan lebih mudah untuk memantau anak , mungkin saya sesekali akan bertemu anak
itu dan membimbingnya kembali.
6.
Miratu Lailita
Saya pernah mendengar bahwa jika semakin dekat atau semakin akrab
seseorang dengan seseorang lainnya khususnya dalam pertemanan, maka bahasa yang
digunakan akan makin semakin tidak bisa di tolerir, sebagai contoh jika kita
sudah merasa akrab dengan seseorang kita kadang" menggunakan bahasa kasar
namun bukan untuk menyakiti melainkan hanya untuk gurauan saja, yang jika kita
masukan kedalam bahasa Indonesia dikatan dengan Ragam
Bahsa Akrab. Dalam kasus ini saya melihat Dani juga melakukan hal yang sama ,
hanya saja jika di dalam dunia pendidikan tidak bisa menerima alasan yang
seperti itu khususnya bahasa kasar, apalagi Dani yang masih dikatakan
anak-anak, disinilah pentingnya peran orang tua untuk mengawasi perilaku
anaknya dalam berkehidupan sehingga kasus seperti Dani ini bisa di hindari
sejak dini. Namun dalam hal ini peran seorang guru juga sangat penting karena
guru bisa mengajarkan beberapa sikap yang mungkin tidak di mengerti oleh orang
tua nya.
Jawab:
komentarnya sangat bermanfaat dan menambah wawasan.
saya setuju bahwa peran orang tua dan guru untuk menanamkan sikap yang baik
terhadap anak sejak dini akan sangat berpengaruh kepada masa kedepannya
dikehidupan anak , apabila anak sejak dini berprilaku negatif tidak
kemungkinana akan negatif pula kedepannya , maupun sebaliknya yang positif maka
kedepannya akan positif.
7. Lily
Ananda
Jika dani mengeluarkan kata kotor kepada orang lain
yang tidak dikenalnya dengan spontan si korban yg dikatakan dengan kata kotor
dgn dani memukul mulut dani , apakah itu tindakan yg wajar atau bagaimana ?
Jawab:
perlu kita ketahui orang
menegeluarkan emosi itu sangat berbeda beda , ada yang dengan memaki ,
berteriak , nangis , memukul dan lain lain. wajar tidak wajar nya itu bisa kita
lihat siapakah yang memukul itu anak-anak atau orang dewasa? apabila yang
memukul itu anak-anak itu wajar saja karena mereka sama sama memiliki emosi
yang tidak stabil dan anak yang memukul itupun masih dalam bimbingan . apabila
yang memukul itu orang dewasa menurut saya tidak wajar karena anak boleh
diberikan hukuman atas perkataan kasarnya dengan tidak menyentuh fisiknya karena
banyak alternatif lain yang bisa dilakukan tanpa memukul anak.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak
yang sering berkata kotor/kasar penulis mampu menarik kesimpulan bahwa perkembangan bahasa anak
baik/buruknya sangatlah tergantung pada lingkungan mereka di besarkan dan pola
asuh oang tua nya.
B.
Saran
Hendaknya
kita sebagai orang dewasa sangat perlu memeperhatikan perkembangan bahasa anak
agar perekembangan bahasa anak tidak salah , tidak boleh berkata kasar/jorok
didepan anak karena anak sangat mudah menangkap apa yang dia dengar dan dia
akan mencontohkan kedalam kehidupan sehari-hari , disinilah peran orang tua,
guru dan orang dewasa untuk membantu perkembangan dan memberi penjelasan bahwa
kata-kata kotor itu tidak baik , karena prilaku anak yang kurang baik apabila
dibiarkan akan terbawa atau berpengaruh kepada kehidupan dewasanya dan akan
menjadi kebiasaan.
DAFTAR
PUSTAKA