Kamis, 12 Desember 2013

Lily Ananda - Pola Asuh Anak Hiperaktif



TUGAS MAKALAH INDIVIDU BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD
“ POLA ASUH ANAK HIPERAKTIF”




DISUSUN OLEH :

LILY ANANDA

(1205125022)




DOSEN PEMBINA : Rahman, S.Pd , M.Pd





PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2013




BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.

B.   Rumusan Masalah

Apa pengertian anak Hiperaktif ?
Mencari Analisi, Sintesis,
Kesimpulan sementara Anak Hiperaktif (Reihan) ?
Apa faktor-faktor penyebab Hiperaktif pada anak ?
Bagaimana penanganan untuk anak Hiperaktif ?

BAB II
DASAR TEORI


A.   Anak yang Hiperaktif

Disini saya akan meneliti anak yang hiperaktif, yaitu yang bernama Reihan yang tidak bisa diam dan reihan termasuk anak yang Hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. 


Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2.      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.      Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

B.   Ciri-ciri Anak Hiperaktif

Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian
             Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
            Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
             Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
4. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.

5.       Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.


6.      Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.

7.      Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun  seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.

8.      Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
    1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
    2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
    3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
    4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
    5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
    6. Sering terlalu banyak bicara.
    7. Sering sulit menunggu giliran.
    8. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
    9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).




BAB III
PEMBAHASAN


A.    Analisis

1.      Nama                           : Muhammad Reihan
2.      Tempat tanggal lahir   : Samarinda, 15 Agustus 2008
3.      Umur                           : 5 Tahun 4 bulan
4.      Agama                         : Islam
5.      Sekolah                       : TK Bunga Harapan
6.      Tinggi Badan              : 116 cm
7.      Berat Badan                : 25 kg
8.      Nama Orangtua
Ayah                           : Wahyudi
            Ibu                               : Nani Wahyuni
9.      Ciri-ciri si anak            : Putih, agak gemuk, rambut agak        botak, mata sipit, hidung pesek.
10.  Bakat                           : Pintar menghitung (Matematika)
11.  Cita-cita                      : Ingin menjadi Polisi
12.  Catatan anekdot          : Reihan di sekolah suka berteriak dengan sangat keras


B.     Sintesis

Reihan di rumah sangat aktif sekali tidak bisa diam, suka berteriak dengan sangat nyaring, ia sangat hobi mengutak-atik mainan dan merusak mainan dirumahnya terkadang tanpa alasan yang jelas sangat sering sekali memukul orang yang lebih tua tidak memandang itu siapa. Dan dia sering melawan orangtua nya sedangkan di sekolah reihan jika di nasehati oleh guru akan nurut tetapi mood reihan sangat cepat berubah-rubah seperti senang, kemudian tiba-tiba marah sendiri tanpa ada sebab, dan menangis histeris. Dugaan sementara Reihan mengalami gangguan anak ADHD hiperaktif ( gangguan pemusatan perhatian )

C.     Diagnosis

Penyebab reihan menjadi anak hiperaktif adalah karena kurangnya perhatian dari orangtua , karena ayah dan ibu reihan sibuk bekerja diluar rumah sehingga sebelum memasuki sekolaah taman kanak-kanak reihan dititipkan atau diasuh oleh orang lain dan pada saat persalinan reihan dilahirkan dengan ketuban yang tidak pecah maka orang jawa menyebutnya dengan kakang kawah karena keluarnya duluan dibanding si bayi) kemudian di susul dengan bayinya keluar kemudian terakhir keluar adalah ari ari (maka disebut adi ari ari).
            Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

D.   Prognosis

Bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada reihan sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan dalam langkah diagnosis.

Cara mengatasi anak yang Hiperaktif :

a.       Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak
·         Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi
positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah
dan sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan

saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas dan tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.
·         Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil mngerjakan tugas sekolah misalnya, langsung diberikan hadiah, yang bersifat menyenangkan hati anak, konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat dan dibarengi dengan pujian. Sesekali mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak dan psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.

b. Solusi mengatasi anak hiperaktif melalui bimbingan konseling di sekolah
            dalam penerapannya, teknik bimbingan konseling disekolah berupa kegiatan-kegiatan secara klasikal atau individual yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal. Ada beberapa teknik pendekatan tersebut, diantaranya yaitu :
1.      Alternatif Bantuan. Alternatif bantuan yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok bertujuan membantu siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, dengan kata lain membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.

2.      Penetapan Bantuan yang Paling Visibel. Layanan yang dilaksanakan dapat berlandaskan teori Behavioristik.[1]Dengan menggunakan teori tersebut konseli dilatih untuk mampu mengkondisikan diri dalam situasi-situasi tertentu. Konseli dilatih untuk terbiasa berada pada satu kondisi yang dirinya tidak sukai, namun dia mampu mengatasi ledakan emosinya dalam kondisi tersebut.

            Dengan langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran. 
2.      Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
3.      Menatap anak saat berkomunikasi. 
4.      Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah. 
5.      Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya. 
6.      Memberikan pujian bila anak tenang. 
7.     Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik keras. 
8.     Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll). 
9.     Mendorong orang tuanya untuk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
10. Mengarahkan orang tuanya Untuk mengajak anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang "menguras" energinya, misalnya dengan berenang, ikut les musik/menari, dan sebagainya. Namun, dalam menolong anak yang hiperaktif karena kelebihan energi ini, kita tidak bisa sembarangan mengajak anak melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang berat. Kita bisa juga mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang memerlukan ketekunan dan konsentrasi, seperti menjodohkan gambar, menyusun angka 1-10, atau menyusun puzzle.



E.    Treatment

Langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis)
A.      Metode Penanganan Anak Hiperaktif di Lingkungan Keluarga

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
1.      Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan
Hiperaktifitas
2.      Kenali kelebihan dan bakat anak
3.      Membantu anak dalam bersosialisasi
4.      Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
5.      Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
6.      Menerima keterbatasan anak
7.      Membangkitkan rasa percaya diri anak
8.      Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
9.      Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas dan konsekuen.
10.  Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia
11.  Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh, dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan. Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
12.  Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
13.  Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
14.  Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar anak mudah memahami dan tidak menggunakan kekerasan.
15.  Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik
16.  Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
17.  Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai kebutuhan anak.

B.      Penanganan Anak Hiperaktif di Taman Kanak-Kanak

Untuk penanganan anak hiperaktif di Taman Kanak-kanak dapat mengunakan metode bermain, metode ini sangat baik diberikan kepada anak hiperaktif karena anak akan belajar mengendalikan diri sendiri dan memahami dunianya. Dengan menggunakan metode bermain kepada anak seperti ini diperlukan guru-guru yang harus menemaninya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreatifitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang dapat menyalurkan bakat si anak. Bagi anak seperti ini, metode ini dapat diberikan dan anak akan merasa sangat senang. Karena anak itu dapat dengan bebas melakukan kegiatannya yang dirasakan cukup baik bagi dirinya. Melalui kegiatan bermain ini anak dapat menggunakan fisik-motorik. Bermacam-macam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan tersebut seperti merayap, berlari, merangkak, berjalan, melompat, menendang dan melempar. Guru atau pembimbing anak dapat melakukan metode bermain ini sehingga anak tersebut tidak cepat bosan dengan cara yang diberikan oleh guru. Seperti mengajak anak untuk bernyanyi yang menggunakan aturan main, anak seperti ini akan tertarik untuk melakukannya.
Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. Anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya dengan menggunakan metode bermain ini seperti bagaimana caranya memasak, mengapa pohon layu bila tidak diberi air, dan sebagainya. Kegiatan menggambar dapat juga diberikan kepada anak hiperaktif termasuk didalam kegiatan bermain. Anak dalam menggambar dapat menggunakan pensil warna dan kertas gambar. Cara seperti ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menyalurkan tenaga pada dirinya.
Penanganan anak hiperaktif melalui bimbingan dan konseling di Taman Kanak-Kanak, dapat pula dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Mulailah pelajaran dengan kegiatan yang mengeluarkan energi, seperti gerak dan lagu. Tujuannya untuk mengurangi kelebihan energi khususnya pada anak yang hiperaktif.
2.      Tutuplah benda-benda yang menarik perhatian anak.
3.      Gunakan warna cat yang lembut untuk kelas dan peralatan yang ada serta hindari warna-warna yang terlalu menyolok.
4.      Selalu menjelaskan kepada anak hiperaktif mengenai kegiatan yang akan dilakukan, meliputi jenis kegiatannya, hasil yang diharapkan, dan lama waktu yang dibutuhkan agar anak tersebut senantiasa mengingat tugasnya.
5.      Berilah label pada setiap tempat penyimpanan benda karena anak yang hiperaktif suka mengambil benda dan lupa mengembalikannya.



BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan

            Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu: Tidak ada perhatian; Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi; dan Impulsif, Bertindak tanpa dipikir atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
a)      Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
b)      Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
c)      Tipe gabungan


Beberapa hal berikut dapat dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktif:
1.    PERIKSALAH, tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. 
2.    PAHAMILAH, sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. 
3.    LATIH kefokusannya, jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. 
4.    TELATENLAH, Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan.
5.    BANGKITKAN kepercayaan dirinya, misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar,
6.    KENALI arah minatnya, jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia.
7.    MINTA dia bicara, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri.

B.     Saran

            Dengan bantuan yang khusus dari bapak ibu, guru-guru atau lingkungan bermain , anak-anak ADHD akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian atau hiperaktif mereka dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik dan senam.
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

http://blogpoenyadina.blogspot.com/2010/12/makalah-anak-hiperaktif.html

http://septianindi.blogspot.com/2013/05/cara-mengatasi-anak-hiperaktif.html

http://ayudarmaningsih.blogspot.com/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar