Rabu, 11 Desember 2013

Syarifah Nabila - Permasalahan dan Penanganan Anak Agresif


BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
Permasalahan dan Penanganan Pada Anak Agresif



Disusun Oleh:
Syarifah Nabila Noor Afiqa
1205125007
PAUD A Pagi 2012

Dosen Pembina: Rahman, S.Pd, M.Pd


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Rasanya tidak ada seorangpun anak adam di muka bumi ini yang tidak pernah berperilaku agresif, seperti memukul, menendang, merusak benda dan barang di sekitarnya, tetapi belum tentu dapat dikatagorikan anak agresif, apabila tidak memenuhi kriteria tertentu. Perilaku agresif merupakan bentuk perilaku yang bersifat anti-sosial, bertentangan dengan norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku di lingkungannya, perilaku yang tidak dikehendaki oleh orang lain baik individu maupun masyarakat secara luas. Perilaku tersebut sangat merugikan perkembangan dirinya maupun keamanan dan kenyamanan orang lain.
Penyebab perilaku agresif sangat kompleks, tidak tunggal, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan aspek emosi atau dan sosial yang bersangkutan. Terhambatnya perkembangan emosi dan perilaku sosial di antaranya diwujudkan dalam bentuk perilaku agresif.
Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada anak/remaja masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat merugikan dirinya dan orang lain, maka perlu ditangani secara sunguh-sungguh, karena dapat berakibat lebih patal.
Kaufmann (1985), menjelaskan hasil risetnya, bahwa anak yang agresif umumnya memiliki prestasi akademik yang rendah untuk usia mereka, mayoritas anak agresif memiliki kesulitan akademis. Memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial yang mempengaruhi kemampuan untuk kerjasama dengan guru, fungsi di dalam kelas, dan bergaul dengan siswa lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku agresif?
2.      Bagaimana ciri-ciri anak berprilaku agresif?
3.      Bagaimana penanganan anak berprilaku agresif?




BAB II
DASAR TEORI

A.    PENGERTIAN PERILAKU AGRESIF
Perilaku Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat (KBBI: 1995: 12). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.

Agresif  terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga disekolah. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.

B.     BENTUK-BENTUK AGRESIFITAS
Tingkah laku agresif secara umum terdiri dari dua macam, yaitu agresif fisik dan agresif verbal. Agresif fisik misalnya mendorong, memukul, menggigit, menendang, merusak, dan sebagainya. Agresif verbal misalnya dengan cara mencaci, mengejek, menggoda, membantah, menakuti, memperolok teman, dan sebagainya.
           
Buss dan Perry menambahkan dua bentuk agresifitas, yakni kemarahan dan kebencian. Agresif yang umumnya terjadi pada usia anak TK adalah Hostile Aggression yaitu agresi yang ditujukan kepada orang lain akibat kesal atau marah  kepada seseorang.
            Sebenarnya, tingkah laku agresif ini adalah reaksi yang normal pada anak-anak, meskipun tidak semua anak menunjukkannya. Tingkah laku ini muncul sebagai reaksi anak terhadap rangsangan yang ia terima dari luar, tujuannya adalah untuk melindungi dirinya agar ia merasa aman. Akan tetapi, jika pada perilaku ini menetap dan dilakukan secara berlebihan, maka bisa berpotensi menjadi masalah serius yangharus segera diatasi.

C.    KRITERIA DALAM MEMUTUSKAN ANAK BEPRILAKU AGRESIF
Kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam menentukan agresif atau tidaknya suatu perilaku anak.
Menurut Bandura (Kim Fong Poon – Mc Brayer and Ming – Gon Jhon Lian, 2002), dalam menentukan anak agresif atau tidak yang menjadi bahan pertimbangan yaitu :
·         Kualitas perilaku agresif, derajat atau ukuran, tingkatan perilaku agresif terhadap korban baik berupa serangan Fisik dan psikis membuat malu, merusak barang orang lain.
·         Intensitas perilaku sering tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang merugikan atau membahayakan korban.
·          Ada kesengajaan dalam melakukan tindakan agresif, ada niat yang tersurat, sengaja melakukan perilaku agresif.
·         Pelaku menghindar ketika orang lain menderita sebagai akibat perbuatannya, tidak ada perasaan bersalah atau berdosa.
·         Karakteristik si pelaku itu sendiri, misalnya faktor usia, jenis kelamin, pengalaman dalam berperilaku agresif.


D.    FAKTOR-FAKTOR BERPRILAKU AGRESIF
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (dalam Masykouri, 2005: 12.7) sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif, dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding 1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Lebih lanjut Masykouri menejelaskan, penyebab perilaku agresif diindikasikan oleh empat faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.

Keempat faktor penyebab anak berperilaku agresif adalah sebagai berikut:
·            Faktor Biologis
Emosi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, neurologist atau faktor biokimia, juga kombinasi dari faktor ketiganya. yang jelas, ada hubungan antara tubuh dan perilaku, sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku.
Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan).
Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.

·         Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang dapat menyebAnak berkebutuhan khususan perilaku agresif dapat diidentifikasikan seperti berikut.
1.         Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidakonsistenan penerapan disiplin jika juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
2.         Sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya, sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap.
3.         Sikap yang keras dan penuh tuntutan, yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif.
4.         Gagal memberikan hukuman yang tepat, sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak.
5.         Memberi hadiah pada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
6.         Kurang memonitor dimana anak-anak berada
7.         Kurang memberikan aturan
8.         Tingkat komunikasi verbal yang rendah
9.         Gagal menjadi model yang
10.     Ibu yang depresif yang mudah marah
·         Faktor Sekolah
Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.
1.      Pengalaman bersekolah dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga temperamen teman sebaya dan kompetensi sosial
2.      Guru-guru di sekolah sangat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku itu. Perilaku agresifitas guru dapat dijadikan model oleh anak.
3.      Disiplin sekolah yang sangat kaku atau sangat longgar di lingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk pehatian itu dapat berupa hukuman, kritikan ataupun sanjungan
·         Faktor Budaya
Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.
1.            Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
2.            Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
3.            Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
4.            Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup
Akibat sering nonton salah satu kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan penjelasan, tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal.
Selain itu, faktor teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai anak yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauanya selalu diikuti oleh temannya yang lain. Faktor-faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif di atas sangat kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.
E.     DAMPAK PERILAKU AGRESIF
Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya. Keadaan ini menciptakan lingkaran setan, semakin anak tidak diterima oleh teman-temanya, maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya. Maka dari itu kita harus mampu mengetahui Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif.
Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya
Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan sebagai berikut .
  1. Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa. Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum.
  2. Masalah ini bersifat kronis, artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-menerus, tidak menghilang dengan sendirinya.
  3. Perilaku tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya.
Untuk itu, untuk dapat mengetahui anak berperilaku kita harus dapat mengenali gejala serta Karakteristik Anak yang Berperilaku Agresif. Lebih lanjut Hidayani menjelaskan bahwa perilaku agresif dapat ditampilkan oleh anak individu (agresif tipe soliter) maupun secara berkelompok ( agresif tipe group). Pada perilaku agresif yang dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
Pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah yang hampir sama lalu memberikan kesampatan yang sama lalu memberikan kesampatan pada salah satu anak untuk menjadi ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk fisik.
Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan kelompok. Tidak ada usaha si anak untuk menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjauhkan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya.
Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak lain yang berperilaku agresif.


F.     PENANGANAN PADA ANAK AGRESIF
Pelatihan metode yang efektif dalam mengatasi konflik secara berkesinambungan merupakan hal yang utama dan bermanfaat bagi anak yang agresif.
·         Menciptakan lingkungan nonagresif
Jika kita bermaksud untuk mengurangi timbulnya perilaku agresif pada anak, maka kita harus membebaskan lingkungan sekitar dari perilaku-perilaku agresif, menghilangkan rangsangan-rangsangan yang dapat menumbuhkan perilaku agresif. Misalnya dengan menghilangkan tontonan, bacaan, yang memperlihatkan kekerasan, keberutalan, kesadisan dsb, terutama film-film adegan-adengan yang ada pada TV, komik, dan bacaan lainnya.
·         Mengembangkan sikap empati
Anak-anak prasekolah dan individu sangat agresif lain bisa tidak berempati dengan korban-korban mereka. Mereka mungkin tidak merasa menderita walaupun merugikan orang lain (berperilaku agresif).  Kita dapat membantu mengembangkan sikap empati mereka melalui contoh kegiatan, seperti:
a) menunjukan konsekuensi-konsekuensi yang
berbahaya dari tindakan-tindakan anak yang agresif,
b)  menempatkan anak di tempat kejadian korban dan membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban
·         Hukuman
Apabila pendekatan-pendekatan di atas tidak efektif, maka dapat dilakukan dengan memberi hukuman yang bersifat mendidik dan manusiawi. Adapun pedoman yang harus dijadikan acuan apabila memberi hukuman yaitu:
1.      Gunakan hukuman hanya setelah metode koreksi positif telah gagal dan ketika membiarkan perilaku tersebut berlanjut akan menyebabkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang lebih serius daripada tingkat hukuman yang dilakukan.
2.      Hukuman harus digunakan hanya oleh orang-orang yang memiliki kedekatan dan penuh kasih sayang terhadap anak ketika tingkah lakunya dapat diterima dan yang menawarkan banyak dukungan positif untuk perilaku non-agresif.
3.      Menghukum seperti apa adanya, tanpa kejengkelan, ancaman, atau melanggar moral.
4.      Hukuman harus bersifat adil, konsisten dan segera.
5.      Hukuman harus intens secara akal dan proporsional.
6.      Bila memungkinkan, hukuman harus melibatkan biaya respons (kehilangan hak-hak istimewa atau hadiah atau menarik diri dari perhatian) daripada perlakuan permusuhan.
7.      Bila memungkinkan, hukumannya harus terkait langsung dengan perilaku agresif, memungkinkan anak untuk membuat restitusi, dan/atau mempraktekkan perilaku alternatif yang lebih adaptif.
8.      Jangan langsung memberikan penguatan positif segera setelah hukuman, anak mungkin belajar berperilaku agresif kemudian menanggung hukuman untuk mendapatkan dukungan.
9.      Menghentikan hukuman jika tidak segera efektif.





BAB III
PEMBAHASAN

A.    Analisis
Biodata Anak

Nama Lengkap                  : Ali Khadafi
Nama Panggilan                : Dafi
Jenis Kelamin                    : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir       : Samarinda, 03 – Agustus - 2009
Umur                                 : 4
Anak ke                             : 1
Berat / Tinggi badan         : 18 Kg / 108 cm
Agama                               : Islam
Nama Sekolah                   : Belum bersekolah

Ali Khadafi atau Dafi adalah anak yang periang, dan gampang bergaul dengan teman seumurannya. Jika bermain dengan teman-temannya dafi biasanya menentukan apa yang pertama akan mereka mainkan. Dafi juga lebih menonjol dibanding teman-teman yang lain karena dia lebih sering banyak bicara walaupun masih tersendat-sendat dan pengucapan yang terbalik. Karena banyak bicara itulah perkembangan bahasa Dafi cukup berkembang cepat. Dia juga sudah mampu mengetahui warna-warna dalam Indonesia maupun bahasa inggris.
Dafi merupakan anak laki-laki yang kuat, banyak bergerak, sering melawan orang yang lebih tua darinya dan juga sering memukul tanpa alasan yang jelas. Dia lebih takut kepada ayah nya, daripada ibunya. Jika ibunya memarahi dafi, maka dafi akan balik mengancam ibunya untuk mengadukan perbuatan ibunya kepada ayahnya. Ayahnya juga terkadang mendukung Dafi dengan menegur atau memarahi Ibunya. Ketika dafi menginginkan sesuatu dan tidak dikabulkan ibunya maka dia akan merengek, memukul ibunya atau menyakiti badannya sendiri (membanting dirinya di lantai atau di dinding dan memukul badannya sendiri). Tapi hal itu akan hilang sendiri jika menemukan barang lain yang diinginkannya. Dia juga suka merebut barang apa saja yang dipegang oleh orang lain. Jika dipukul atau dimarahi, dia hanya nangis yang kemudian cepat berhenti dan kembali mengulangi kesalahan yang sama. Perilaku Dafi juga terlihat hanya sebagai cari perhatian.

B.     Sintesis
Dari tahap sintesis ini dapat disimpulkan bahwa Dafi mengalami masalah dalam perilakunya ke diri sendiri dan juga interaksi sosialnya. Ia tidak dapat tenang, suka melawan, dan memukul tanpa alas an yang jelas. Dari data yang telah didapatkan, diketahui informasi yang penting tentang Dafi adalah:
·      Kelebihan Dafi:
o   Pintar dalam berbicara
o   Cepat menyerap pelajaran baru
o   Pintar berinisiatif
o   Mempunyai sifat pemimpin

·      Kekurangan Dafi
o   Suka melawan
o   Suka memukul
o   Suka merusak barang orang lain
o   Suka menyakiti dirinya sendiri

C.     Diagnosis
Dari penyebab masalah diatas dapat diketahui bahwa Dafi termasuk anak yang berprilaku agresif fisik. Karena dia suka menyakiti orang lain melalui fisik seperti memukul, menggigit dan mencubit. Dari beberapa kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan anak berprilaku agresif, Dafi termasuk di dalam kriteria-kriteria tersebut. Penyebab masalah yang dialami dafi adalah salahnya pola asuh dari orang tua. Tidak ada kerja sama yang terlihat dari Ayah dan ibu Dafi dalam menerapkan disiplinnya. Contohnya seperti ketika dafi mengadu kepada Ayahnya agar memarahi ibunya setelah ibunya memarahi dafi dan ayahnya pun menegur ibunya. Hal ini malah dapat membuat Dafi tidak dapat mengetahui kesalahannya dan akan mengulanginya kembali.

D.    Prognosis
Langkah awal dari penanganan adalah mengingatkan orang tua dafi agar tidak terlalu keras terhadapnya. Dafi suka menonton kartun yang menunjukan adegan kekerasan seperti power rangers atau robot-robotan. Karena saya tidak bersama dafi setiap saat maka orang tua diberi penjelasan bahwa tidak membiarkan dafi menonton kartun seperti itu terlalu lama dan sering. Orang tua juga memberikan contoh yang benar kepada dafi agar dafi tahu seperti apa berprilaku yang baik dan benar.

E.     Treatment
Dalam penanganan sikap agresif dafi, saya mencoba untuk mengajarkan dafi bermain secara berkelompok agar dia bisa menerima pendapat orang lain. Ajarkan dafi bermain secara berkelompok sehingga dia dapat belajar untuk bekerja sama dan dapat mengurangi sikap agresifnya. Yang biasanya dia akan memukul teman-temannya, maka dia akan perlahan menerima pendapat temannya.  Membiasakan dafi untuk menerima hal-hal yang tidak perlu dimilikinya. Biasanya dafi akan merengek, guling-guling, memukul orang yang tidak mengabulkan permintaannya bahkan menyakiti dirinya sendiri. saya memberikan alternative lain, jika dia ingin robot, alihkan perhatian dafi dengan barang lain. Karena apa yang dia inginkan itu pun hanya sementara. Orang tua dafi juga harus bisa mengkondisikan agar tidak memicu sikap agresif Dafi. Tidak saling menyalahkan dihadapan dafi juga memberikan contoh yang baik. Jika orang tua dafi mampu menciptakan kondisi seperti itu makan dafi pun dapat menghilangkan sikap agresif nya secara perlahan-lahan. Hasil dari treatment ini adalah dafi mulai bisa mengontrol emosinya. Dia tidak lagi merengek, memukul orang-orang didekatnya, juga bisa menerima pendapat dari teman-temannya atau orang lain.



BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku agresif merupakan salah satu bentuk perilaku anak yang mengalami hambatan emosi dan sosial. Perilaku agresif berbeda dengan perilaku kekerasan. Perilaku agresif bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku dan harapan masyarakat sehingga dikatagorikan perilaku anti-sosial.
Dampak perilaku agresif sangat merugikan anak itu sendiri maupun lingkungan, sehingga perlu dibantu untuk mengatasinya. Upaya tersebut dapat dilakukan secara koordinatif antara orang tua dan guru di sekolah.
Untuk menetapkan apakah anak dikatagorikan berperilaku agresif atau tidak, kita dapat melihat dan mengacu pada kriteria: bobot dan kualitas dari perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi perilaku agresif, ada-tidaknya kesengajaan dari subyek, adanya penghindaran atau tidak ada rasa tanggung jawab, penilaian dari pengamat yang cenderung subyektif (relatif), dan karakteristik pelaku itu sendiri, seperti faktor usia dan jenis kelamin.
Penyebab seorang anak berperilaku agresif bersifat kompleks, di antaranya perwujudan dari: hasil imitasi dan penguatan dari lingkungan, ada kelainan hormon dan kelainan susunan kimiawi dalam tubuh, lemahnya ego dan superego dalam mengendalikan id, dan frustrasi yang tidak terpecahkan sehingga mengalami gangguan emosi.
Upaya membantu mengatasi perilaku agresif pada anak dapat digunakan berbagai teknik atau cara, seperti: Pemahaman dan penerimaan terhadap pribadi anak, menciptakan PAKEM, mengembangkan katarsis, menghapuskan pemberian imbalan, strategi memperagakan/pelatihan, menciptakan lingkungan nonagresif, mengembangkan sikap empati, dan penghukuman. Teknik penghukuman sebaiknya dihindarkan, namun apabila terpaksa, hendaknya bersifat mendidik dan manusiawi, disadari, tidak emosional, dan penuh rasa tanggung jawab

B. Saran
          Orang tua dan guru harus membimbing anak untuk mengatasi perilaku agresif anak orang tua yang lebih lama bersama anak harus mengasuh dengan pola yang benar dan guru membanu anak disekolah agar memiliki kepribadian yang baik.




DAFTAR PUSTAKA








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar