Kamis, 12 Desember 2013

Mi'ratullailita - Penanganan Anak Egois



BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
LAPORAN OBSERVASI PENANGANAN ANAK EGOIS


DISUSUN OLEH

MI’RATULLAILITA

PAUD A PAGI 2012

DOSEN PEMBINA : Rahman, S.pd M.Pd



PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2013
                                                                       




BAB I
 PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
        Masa paling penting dalam membentuk kepribadian seorang anak adalah antara 0 – 5 tahun. Selama masa kanak-kanak itu, dasar-dasar kepribadian di tanamkan. Anak dilahirkan dengan sejumlah naluri perlu dikembangkan agar dapat hidup denganbaik dan berguna dalam bermasyarakat, seperti memberi perhatian, kasih sayang, mengajak bercakap-cakap dan bermain.
        Orang tua dan guru berperan penting dalam melarang hal yang tidak patut di tiru, serta membimbing anak ke arah yang lebih baik. Anak perlu diajarkan untuk menghargai, menghormati dan bersikap sopan kepada sesama dan orang yang lebih tua.
        Di saat orang tua sibuk dengan pekerjaan anak kurang mendapatkan perhatian, atau anak terlalu dimanjakan apabila keinginannya tidak dituruti, anak akan memiliki sifat egois atau mau menang sendiri, dan itu berakibat buruk apabila tidak segera diatasi sedini mungkin.

B.   Rumusan Masalah
a)      Apa Pengertian Anak Egois ?
b)      Apa saja Ciri-ciri Perilaku Egois ?
c)      Apa penyebab sikap egois pada anak ?
d)     Sebut dan jelaskan karakter orang egois ?
e)      Bagaimana treatment sikap egois pada anak ?

C.   Tujuan
        Tujuan observasi untuk anak adalah sebagai sarana pembelajaran dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini, dan memberikan penanganan yang sesuai dengan permasalahan yang di bahas.



BAB II
DASAR TEORI
                                                
A.   Pengertian Anak Egois
     Secara alamiah sifat egois timbul pada anak usia 2 tahun karena pada usia tersebut mereka mempunyai karakter egosentris. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya dan belum mampu melihat dari kaca mata orang lain. Sehingga seringkali jika mereka menginginkan sesuatu hal, harus dipenuhi saat itu juga. Mereka tidak memperdulikan apakah keinginannya merugikan orang lain atau tidak. Mereka juga tidak peduli jika orang lain menangis akibat perbuatannya mengambil secara paksa dari orang lain. Yang penting apa yang dia inginkan dan apa yang dia suka diperolehnya. Bahkan untuk memuluskan keinginannya, kadang dia mengeluarkan senjata ampuh dengan menangis, berteriak bahkan berguling- guling di lantai. Namun sebaliknya, jika dia mempunyai sesuatu ataupun kesenangan, maka dia enggan berbagi. Dia ingin menikmati sendiri barang yang dimilikinya. Bahkan milik orang lain pun kadang diakui sebagai miliknya jika dia menginginkannya. Dia tidak ingin orang lain mengganggu kesenangannya. Anak egois maunya menang sendiri.


1.        Michele Borba, Ed.D., dalam bukunya Don’t Give Me that Attitude!: 24 Selfish, Rude Behaviors and How to Stop Them menjelaskan bahwa anak-anak yang selfish alias egois adalah anak-anak yang tidak senang menjadi bagian dari sekitarnya. Mereka selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka, meletakkan kebutuhan dan urusan mereka di atas yang lainnya, dan jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Itulah sebabnya, mereka berusaha membuat orangtuanya percaya bahwa perasaan mereka lebih penting dibandingkan perasaan dan kebutuhan orang lain. Sudah tentu anak egois ini perlu disadarkan dan diperbaiki sikapnya. Anak perlu diingatkan bahwa di samping dirinya, ada juga anak-anak lain yang sama-sama kita cintai. Ia perlu didorong agar mengembangkan sikap-sikap baik seperti tidak mementingkan diri sendiri, pemurah, dan penuh perhatian.
2.        Menurut Heribertus Gunawan, anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain. Anak usia prasekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah satu.
3.        Dra. Risa Kolopaking, psikolog dari RSIA Hermina Bekasi menjelaskan bahwa anak balita dikatakan memiliki sikap egois yang tinggi karena setiap kegiatan yang dilakukan masih terpusat pada dirinya sendiri. Sifat individunya masih sangat dominan. Ini terlihat dari cara dia yang selalu mendahulukan dirinya. Begitu juga kalau ingin sesuatu dan tak dituruti, anak akan menangis. Itu yang membuatnya disebut egois. Padahal, anak sendiri sebenarnya masih belum paham, perbuatannya disukai atau tidak oleh orang lain.

B.   Ciri-ciri Perilaku Egois
     Pada anak usia prasekolah perilaku egois bila sekali-sekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah. Ciri-ciri perilaku egois yang melebihi batas normal/bermasalah diantaranya adalah sebagai berikut :
• Anak kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif;
• Harga diri dan empati kurang berkembang;
• Memiliki sikap penuntut;
• Kualitas hubungan sosialnya buruk, sulit menjalin relasi dengan anak lain;
• Memandang orang lain secara negatif;
• Sering merebut mainan / barang yang dipegang oleh temannya;
• Enggan untuk berbagi kesenangan, mainan, atau makanan dengan orang lain;
• Suka merajuk atau menangis / merengek-rengek jika keinginannya tidak segera dituruti.

C.   Penyebab Sikap Egois Pada Anak
     Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang tua/pengasuh yang tidak tepat (misalnya kasih sayang orang tua yang berlebihan atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku). Sifat egois bukanlah sifat bawaan atau keturunan, tapi masalah pembiasaan. Perkembangan sosial seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik dari orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Berikut beberapa faktor mengapa anak bersifat egois :
• Perhatian yang berlebihan.
Pemujaan kepada anak secara berlebihan membuat orang tua memanjakan anak dengan cara memenuhi segala keinginannya. Sehingga anak terbiasa mendapatkan apapun tanpa usaha dan perjuangan terlebih dahulu. Anak juga tidak terbiasa mengembangkan rasa toleransi dan sabar kepada orang lain. Anak tidak diajari untuk menunda kepuasan atau mendapatkan sesuatu sebagai hadiah dari usaha yang keras. Kemudahan mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha membuat anak mengambil kesimpulan bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan mudah saat itu juga.
• Perlindungan yang berlebihan.
Dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak, seringkali orang tua memberi perlindungan yang berlebih dari berbagai macam kegagalan dan kesalahan. Rasa kekhawatiran yang mendalam juga membuat orangtua menghindarkan anak mereka dari pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan anak seusianya. Karena khawatir baju anak kotor, orang tua menyuruh pembantu untuk selalu menyuapi makan. Karena khawatir diganggu teman di taman, orang tua menyuruh pengasuh untuk selalu berada di dekat sang anak dan siap melayani. Maka anak akan terbiasa menyuruh-nyuruh orang seperti yang telah dicontohkan orang tuanya, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana yang sebenarnya bisa dia lakukan.
• Anak yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus (misalnya anak yang sering sakit-sakitan), sering kali mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak hati-hati anak seperti ini bisa tumbuh menjadi anak yang egois, karena dia menganggap semua harus dipusatkan pada dia. Itulah sebabnya salah satu ciri juga anak-anak yang egois adalah dia menganggap diri sebagai kasus khusus, artinya keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.

D.   Karakteristik Orang Egois
  1. Keras kepala
Orang yang egois biasanya mau menang sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Karena bagi dia, hanya pendapatnya yang paling benar dan harus diikuti sama orang lain. Terkadang saking keras kepalanya, meskipun sudah terbukti pendapatnya salah, orang egoisn tetap tidak mau mengakuinya.
  1. Mudah Emosi
Orang yang punya sifat egois mudah sekali naik darah, terutama saat keinginannya tidak bisa tercapai. Bahkan orang egois bisa marah besar hanya gara-gara hal sepele seperti tidak diperhatikan saat dia lagi bicara atau melakukan sesuatu.

  1. Pemberontak
Umumnya orang yang memiliki sifat egois itu susah sekali diatur sama orang lain. Dan saat punya kemauan yang besar, dia tidak akan segan-segan untuk melanggar semua peraturan yang ada demi mencapai tujuannya.
  1. Haus Perhatian
Sebagai orang yang over self centered, orang egois pasti ingin selalu diperhatikan sama otrang lain. Dan dia tidak cukup puas dengan perhatian yang biasa-biasa saja, dia ingin setiap saat semua orang hanya fokus melihat ke arah dirinya saja.Intinya orang yang egois adalah orang yang selalu mementingkan dirinya sendiri, selalu ingin dinomersatukan dan menganggap dirinya yang paling berharga. Tipe orang yang kelihatannya tidak peduli sama perasaan orang lain, asalkan keinginanya bisa terpenuhi. Makanya tudak heran kalau terkadang orang egois terlihat seperti kurang ”manusiawi” dalam memperlakukan orang lain.



    

















BAB III
PEMBAHASAN
A.   Analisis
1.      Data Anak
Nama                           : Nadra Shafiya
Jenis Kelamin              : Perempuan
Tempat/tgl lahir           : Tenggarong, 14 Oktober 2010
Anak ke                       : 1
Agama                         : Islam
Hobi                            : Menari
Minat                           : Mewarnai
Nama Sekolah             : Playgroup Griya Imoet
Masuk Sekolah Sejak  : Umur 2 Tahun
Alamat Rumah            : Jl. Loa Ipuh
2.      Data Orangtua
Nama Ayah                 : Fafinda Ferlianur
Tempat/tgl lahir           : Tenggarong, 
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Pegawai
Alamat Rumah            : Jl. Loa Ipuh
Pendidikan                  : SMA

Nama Ibu                    : Nita Ayutri
Tempat/tgl lahir           : Tenggarong, 08 April 1990
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Alamat Rumah            : Jl. Loa Ipuh
Pendidikan                  : Sarjana 
     Nadra Shafiya biasa di panggil Rara adalah anak yang mudah bergaul dengan teman sebayanya. Dia juga termasuk anak yang periang, suka bermain, menari, mewarnai gambar dan mendengarkan cerita. Di usia Rara yang menginjak 3 tahun ini, Rara sudah bisa menyebutkan angka 1-10 dalam bahasa Inggris walaupun pengucapannya masih belum terlalu jelas.


B.   Sintesis
      Dari tahap analisis ini dapat disimpulkan bahwa Rara mengalami masalah dalam perilaku terhadap diri sendiri dan orang lain. Rara terkadang sulit untuk diberi tau, sulit berbagi mainan dan kadang merebut mainan milik sepupunya. 
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan Rara 

   Kelebihan :
Ø  Mudah bergaul
Ø  Cepat paham dengan pelajaran di sekolah
Ø  Pandai bercakap-cakap

             Kekurangan :
Ø  Sulit mengalah
Ø  Egois
Ø  Suka merebut barang milik sepupu


C.   Diagnosis
     Untuk tahap ini telah ditemukan penyebab masalah sifat egois pada Rara.
Rara memiliki sikap egois karena pola asuh orangtua nya yang kadang terlalu memanjakan, menuruti dan memberikan apa yang diinginkan Rara. Apabila keinginannya belum terpenuhi, dia akan merengek dan terus meminta.

D.   Prognosis
     Langkah awal yang dapat dilakukan dalam penanganan kasus Rara adalah dengan cara berdiskusi dengan orangtua Rara. Untuk mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan Rara, setelah itu mulai melakukan pendekatan dengan Rara. Sebaiknya orangtua Rara juga harus mengubah pola asuh dengan cara mempertegas dalam menghadapi sikap Rara, agar dia tidak  menjadi anak yang manja dan tidak memaksakan untuk menuruti semua kemauan Rara, sehingga Rara menjadi anak yang mandiri.

E.     Treatment
     Penanganan yang akan dilakukan dalam kasus Rara adalah :
·         Pertama-tama mendekati Rara agar mendapatkan perhatian dari Rara
·         Membimbing Rara untuk memberikan pengertian agar memperbaiki sikap egoisnya
·         Menjelaskan pada Rara bahwa sikap egois kurang baik, karena itu berdampak negatif bagi Rara.
·         Mengajarkan dan mencontohkan kepada Rara bahwa bila dia tetap bersikap egois, tidak akan ada manfaatnya. Sebaliknya, jika Rara bersikap mau berbagi barang, dan tidak merebut milik orang lain, dia akan disenangi teman dan orang di lingkungan sekitar.
·         Memberikan pujian apabila Rara mulai menuruti nasehat yang telah diberikan.



BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan
     Perilaku egois atau egosentris terkadang muncul pada anak-anak dan masih dapat dikatakan hal yang wajar, tetapi bila diabaikan perilaku tersebut anak terbawa sampai dewasa nanti, untuk itu harus dilakukan bimbingan dan penanganan dalam menghadapi sikap egois ini.
     Penyebab perilaku egois biasanya di karenakan pola asuh orangtua yang kurang tepat, seperti terlalu memanjakan, memaksakan dan menuruti keinginan anaknya. Hal itu berdampak buruk bagi anak, karena anak itu merasa mudah mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tanpa ada usaha yang bermakna. Perilaku egois ini juga dapat merugikan diri anak itu sendiri dan orang lain
      Penanganan yang diperlukan bagi anak yang mau menang sendiri atau egois adalah mengajar dan melatih perilaku baik yang diinginkan. Pemberian kasih sayang, pujian yang tidak berlebihan dan orangtua sebaiknya bersikap tegas pada anak agar tidak manja dan menjadi anak yang mandiri.

B.   Saran
     Dalam menangani sikap egois pada anak, sebaiknya kita bersikap sabar dalam menghadapi anak tersebut, memberikan teladan yang baik, dan memberi penguatan untuk merubah perilaku anak agar lebih baik.



DAFTAR REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar